Jumat, 18 Maret 2016

Belenggu Demokrasi

Kisruh Blok Masela yang berkepanjangan, kisah maju mundurnya proyek kereta cepat tempo hari, atau kontradiksi langkah pemerintah dalam menghadapi rencana divestasi PT Freeport Indonesia yang tak jelas ujung pangkalnya hingga hari ini, merupakan tiga contoh kasus besar bagaimana proses pengambilan kebijakan pemerintah yang tak efektif semakin kecil kaitannya dengan keberadaan partai politik. Jika kita cermati, konflik yang terjadi di tubuh kabinet, misalnya, juga terutama berasal dari atau terjadi antar-para menteri yang berasal dari luar partai politik.

Disebut

Publik menyampaikan aspirasi dengan memenuhi jalan, disebut "mengganggu fasilitas umum".

Swasembada


Swasembada dan surplus semen, tapi impor beras. #SaminVsSemen
Dikirim oleh Dandhy Dwi Laksono pada 17 Maret 2016

Kartu

Apa gunanya pendidikan dan kesehatan gratis lewat Kartu Indonesia Pintar atau Kartu Indonesia Sehat, bila nyawa kita bisa melayang kapan saja, hanya karena sekelompok orang bersenjata yang merasa memegang "Kartu Indonesia Aman"?

Kamis, 17 Maret 2016

Izin


Izin investasi dipermudah, izin nonton film makin sulit.
Dikirim oleh Dandhy Dwi Laksono pada 17 Maret 2016

Calon Independen

"Calon independen" adalah istilah yang diciptakan media. Dalam undang-undang, sebutannya adalah "calon perseorangan", yang dibedakan dari calon yang diajukan oleh partai politik, atau calon yang diajukan oleh gabungan partai politik.

Rabu, 16 Maret 2016

Goethe Institut

Goethe Institut di Jakarta adalah contoh lembaga kebudayaan borjuis oportunis yang pengecut untuk ambil risiko atas program yang sudah disetujuinya sendiri untuk dilaksanakannya di tempatnya cumak kerna ada ancaman gangguan kaum Fascis. Mengalah kepada ancaman kaum Fascis adalah sama dengan melegitimasi keberadaan Fascisme itu sendiri! ‪#‎sampah‬ (Saut Situmorang)

Adu Tinju

Dia mungkin buta sejarah, tapi dia tidak bodoh soal bisnis. Dia tahu undangan acara itu adalah undangan adu tinju, makin rame makin baik, penonton bakal berdatangan dan media bakal ramai meliput karena (diharapkan) heboh. Maka buat saya dia tidak salah pasang tarif segitu. Tarif untuk meng-“entertain" (dengan segala kehebohan dan mungkin kekonyolan) seperti ekspektasi pihak pengundang. Saya lebih mempertanyakan pengundang, apakah ingin membuat acaranya makin bergengsi dan bermartabat dari tahun ke tahun? Bila ya, maka sebaiknya pilih para penulis yang memang benar-benar baik dan bukan cuma asal kontroversial demi mendatangkan penonton/liputan.

Selasa, 15 Maret 2016

Tarif Tere Liye


Masak sih  ini pasti fitnah 
Dikirim oleh Febriana Firdaus pada 15 Maret 2016

Sabtu, 12 Maret 2016

Muslim Sunni Tidak Memilih Ahok

Saya Muslim yang Sunni dan saya tidak memilih Ahok.