Rabu, 28 Januari 2015

Amanat Bung Hatta

"Tugas mahasiswa ialah menuntut ilmu untuk mentjari kebenaran, berdjuang dalam masjarakat untuk menegakkan kebenaran. Dalam menghadapi kesulitan dan tantangan apapun djuga, tetap tawakkal kepada Allah SWT." Pesan tertulis itu disampaikan Mohammad Hatta pada 1973. Ia menitipkan pesan itu pada menantunya, Sri-Edi Swasono.

Tadi malam, hingga pucuk malam, saya menemani Pak Edi bercakap dan mendapatkan sejumlah kesaksian penting, seperti bagaimana marahnya Soeharto pada kritik-kritik Mubyarto, hingga sebuah telepon gawat dari Kwik Kian Gie menjelang pencapresan Jokowi awal tahun silam, dan percakapan mereka bertiga dengan Guntur waktu itu.

"Wah, saya kira itu cuma gosip, Pak," komentar saya.

"Ora gosip kuwi. Kwik meminta saya dan Meutia ketemu detik itu juga. Tapi Kwik minta pertemuannya harus di rumah Bung Hatta, agar Bung Hatta ikut mendengar, katanya," timpal sarjana sepuh itu, dengan muka prihatin.

Tahun ini Pak Edi akan berulang tahun ke-75. Ia adalah saksi dari sejumlah peristiwa penting. Itu sebabnya tadi malam saya memintanya untuk mulai menulis otobiografi. Sejarah butuh kesaksian. Dan kita tak akan mengetahui banyak, di antaranya, tanpa kesaksiannya.

Sebelum kami berpisah malam tadi, saya minta ijin mengambil gambar amanat Bung Hatta tadi.

"Tanganku melu difoto yo, ben mlebhu arsipmu," selorohnya.


Panjang umur dan sehat selalu, Pak Edi.

(Tarli Nugroho)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar