Minggu, 08 Maret 2015

Data

Data tentang jumlah korban meninggal per hari akibat kecanduan narkoba yang dikemukakan BNN perlu dipersoalkan relevansinya ketika digunakan sebagai dasar mengambil keputusan oleh Presiden Jokowi untuk menolak permohonan grasi dari para terpidana mati kejahatan narkoba....

Namun para akademisi yang menentang hukuman mati pun apa pernah mempersoalka relevansi apalagi memeriksa keabsahan data-data BNN tersebut? Bukankah salah satu tugas utama para akademisi adalah meneliti? Termasuk tanggungjawab mereka juga untuk memeriksa metodologi, keabsahan maupun relevansi semacam "Survei BNN (2008)" yang dijadikan salah satu dasar argumen dan kampanye pemerintah untuk membenarkan penolakan grasi Presiden.

Terima kasih Coki yang sudah mengingatkan keabsahan data-data BNN tersebut.

(Harry Wibowo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar