Rabu, 23 September 2015

Cakar Ayam

Dua tahun silam, sewaktu pemerintahan SBY memutuskan membeli pesawat kepresidenan, Fadjroel Rachman adalah orang paling keras yang mengritik. Dia menyampaikan sejumlah alasan. Mulai dari yang disebutnya sebagai alokasi uang negara yang tidak efektif dan tidak efisien, pemborosan uang negara di tengah langkanya perhatian terhadap kebutuhan dasar rakyat, jutaan rakyat tanpa pendidikan, tanpa pekerjaan, tanpa perumahan, tanpa jaminan kesehatan, tanpa infrastruktur publik yang layak, dan lain-lain.

Fadjroel lantas menggagas gerakan “Sejuta Pesawat Kertas untuk SBY” yang dimaksudkan untuk menolak pembelian pesawat kepresidenan. Tak ketinggalan, dia juga menyebut SBY sebagai presiden kertas karena dianggapnya tanpa visi kepada rakyat, tanpa komitmen kepada rakyat, tanpa rasa cinta kepada rakyat. Kritikannya kepada SBY soal pesawat dan presiden kertas itu dimuat di media online yang dimiliki dan dipimpin sendiri oleh Fadjroel: pedoman[dot]id.

Dia kemudian dikenal sebagai salah seorang yang selalu paling depan mengritik SBY dan pemerintahannya. Apa saja tentang SBY dan keputusan pemerintahannya selalu dikomentari, dikritik atau diledek. Selain pesawat kepresidenan itu, Fadjroel mencemooh cara-cara pemerintahaan SBY menanggulangi bencana, meledek perilaku kader Demokrat yang terlibat kasus korupsi, dan lain-lain. Bagi Fadjroel SBY adalah serupa iblis yang harus dikutuk terus-menerus. Dan seandainya limousin berpintu enam Mercedez Benz tipe V12 yang pernah digunakan Jokowi juga digunakan oleh SBY semasa jadi presiden, Fadjroel dan medianya niscaya juga akan melaknatnya.

Tentu, Fadjroel tak hanya dikenal sebagai pengritik SBY lewat kata-kata di Twitter dan media yang dimilikinya. Sejumlah orang mengenali Fadjroel karena kerap melakukan aksi memotong rambut hingga plontos. Anas Urbaningrum masuk penjara, Fadjroel mensyukurinya dengan mengguduli kepala. SBY merayakan ulang tahun, Fadjroel pun mengguduli kepala. Dan sebagai penyokong Jokowi sebagai presiden pada musim Pilpres tahun lalu, rambut kepala Fadjroel kembali dicukur hingga habis sewaktu KPU mengumumkan Jokowi memenangkan pemilihan.

Kepala tanpa rambut tampaknya adalah bagian dari sikap politik Fajroel, meskipun tak bisa disalahkan bila ada yang menganggapi teatrikal semacam itu, sekadar cara Fadjroel untuk menyedot perhatian publik dan media. Bahwa dia adalah aktivis. Orang penting yang sikap dan aksinya harus diperhitungkan.

Dan sejak membotaki kepalanya pertengahan tahun lalu itu, tak ada lagi ocehan Fadjroel di Twitter yang mengritik pemerintah. Dalam beberapa hal, dia bisa disebut selalu berada di depan Jokowi. Tak hanya menjadi tameng dan membela Jokowi dari para pengritiknya, tapi Fadjroel juga selalu mendukung apa yang dilakukan Jokowi.

Berkebalikan dengan sikapnya terhadap SBY, bagi Fadjroel, Jokowi adalah serupa malaikat yang tak punya syahwat kekuasaan, dan karena itu harus disanjung dan didoakan setiap saat. Bila perlu sembari sesunggukan di atas sajadah atau bersimpuh di depan altar. Maka tak usah heran apabila Fadjroel tak bersuara melihat Jokowi sebagai presiden kemudian menggunakan juga pesawat kepresidenan yang dibeli di zaman SBY, dan hanya dipergunakan oleh SBY kurang dari setahun. Mustahil pula dia akan menyarankan Jokowi agar menjual pesawat Boeing 737-800 Business Jet 2 seharga US$ 91 juta itu, seperti dulu diserukannya di zaman SBY.

Tentu tak ada yang keliru dengan semua sikap Fadjroel semacam itu. Sikap politiknya harus dihormati, karena setidaknya, Fadjroel menunjukkan kesetiaan. Loyalitas pada pilihannya. Tak banyak orang yang bisa bersikap seperti itu, dan Fajroel melakoninya bahkan pada saat koleganya sesama penyokong Jokowi sudah banyak yang mendapat jatah kekuasaan sejak setahun lalu.

Fadjroel tak pelak lagi adalah penyokong Jokowi yang tabah, dan ketabahannya terbayar kemarin: dia dipilih sebagai komisaris utama PT Adhi Karya. Itulah BUMN yang pernah ramai disebut media karena perkara korupsi yang membelit beberapa kader Demokrat yang diledek oleh Fadjroel.

Belum ada penjelasan resmi, mengapa Fadjroel yang jebolan teknik kimia itu dipilih sebagai komisaris utama di perusahaan kontruksi sipil. Tapi sebaiknya tak usah berburuk sangka apalagi menyebut jabatannya sebagai upah untuk sokongan politiknya pada Jokowi, atau menganggap Fadjroel hanya sebagai komirasi kertas seperti dulu dia menyebut SBY sebagai presiden kertas. Sebagai komisaris utama, siapa tahu Fajdroel akan membuat Adhi Karya menemukan rumus konstruksi baru. Misalnya rumus konstruksi cakar ayam sokongan politik untuk [bisa] mencengkram BUMN. Mencakar ke mana-mana.

(Rusdi Mathari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar