Jumat, 25 September 2015

Serigala

Kadang kita perlu umpan untuk menjebak serigala. Aku ingat perkataanmu itu ketika pada suatu malam kita mengasuh di bawah pohon poplar setelah tujuh malam kita berjalan di hutan, memburu serigala yang katamu adalah serigala jadi-jadian dan telah mengganggu tidurmu selama delapan purnama. Aku kelelahan. Kamu mengutuki diri sendiri.

Katamu, kita bukan pemburu yang sial tapi pemburu yang bodoh karena hanya mengandalkan senapan dan tombak, dan tak menyediakan umpan bagi serigala jadi-jadian itu. Aku tertawa mendengar keluh kesahmu tapi lupa bertanya pada saat itu: andai benar harus diberi umpan, benarkah serigala jadi-jadian akan memangsa umpanmu yang berupa serpihan daging anak menjangan itu?

Aku perlu bertanya kepadamu karena akulah sebetulnya serigala jadi-jadian yang telah mengganggu tidurmu selama delapan purnama yang sedang engkau cari, dan saat itu menemanimu berburu [sungguh betapa bodoh dirimu tak bisa mengenaliku]. Akulah yang melolong panjang selama delapan bulan purnama di bukit kecil yang terlihat dari jendela kamarmu yang persis menghadap ke telaga yang penuh ganggang; tempat Glanys, adik perempuanku yang telah engkau hamili meregang nyawa karena engkau tenggelamkan dengan batu yang kau ikat pada ganggang itu. Akulah binatang yang mengorek-ngorek tanah basah penuh kentang dan wortel di kebun belakang rumahmu dan meninggalkan jejak kotoranku. Akulah yang pernah menatap matamu pada suatu malam hingga engkau lari ketakutan seperti Evelyn, mamamu yang dulu pernah kita saksikan menjerit ketakutan pada suatu malam Natal, lalu mati beberapa hari kemudian sebab melihat Reese papamu berjalan bertelanjang bulat di jalan desa yang penuh salju bersama Kyle si pelacur tua itu.

Rodd, andai engkau tidak bodoh, engkau akan tahu, serigala jadi-jadian sepertiku tak butuh umpan. Aku hanya butuh darahmu. Dan malam ini, malam purnama kesembilan, aku akan benar-benar mengejarmu, menerkammu, mencecap darahmu. Aku tak akan lagi menunggumu dengan mengendap-endap di kebun belakang rumahmu yang penuh tanaman kentang, wortel, seledri, seperti yang pernah aku lakukan selama delapan purnama. Dari bukit yang bisa terlihat dari jendela rumahmu di pinggir telaga yang penuh ganggang ini, aku akan berlari dan langsung menuju pintu depan rumahmu.

Engkau tak perlu kuatir aku akan langsung menerkamu. Aku akan memberi kesempatan padamu untuk mengambil senapan The Krieghoff berlaras dua yang ditengahnya ada ukiran peluru perak, warisan kakek Billy-mu yang tentara itu. Kerjarlah aku Rodd. Carilah dan sebaiknya engkau memang seorang pemburu berdarah beku seperti kakek Billy, karena setelah kesempatan itu, akulah yang akan berbalik memburumu. Aku akan menyeret tubuhmu ke telaga agar di sana engkau bisa berdampingan dengan Glanys adikku.

Rodd, akulah mimpi burukmu malam ini.

(Rusdi Mathari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar