Selasa, 15 September 2015

Sleepy Hollow (2)

Setelah di Palasa, Parigi Moutong (Sulteng), kami menemukan lagi jembatan ala film "Sleepy Hollow" di Dulupi, Boalamo, sekitar 96 km dari kota Gorontalo.

Tewas

Seseorang telah memprotes pemberitaan media karena menggunakan kata “tewas” untuk menyebut korban mati dalam peristiwa rubuhnya derek raksasa di areal Masjidil Haram, Mekkah. “Tewas” menurutnya sama artinya dengan menganggap nyawa manusia tidak berharga, dan kata itu hanya pantas digunakan untuk menyebut kematian para penjahat. Dia memang mempersoalkan rasa bahasa, tapi justru karena itu banyak ambigu dalam protesnya.

Senin, 14 September 2015

Sleepy Hollow

Foto atas adalah jembatan yang digunakan dalam shooting film Sleepy Hollow (Johnny Depp, 1999). Adegannya ketika terjadi duel dengan penunggang kuda tanpa kepala (the headless horseman) yang diperankan Christopher Walken.

Tebak Foto Berhadiah

Dia mantan bankir terkemuka. Ada yang kenal? Siapa coba? Jawaban benar pertama berhak dapat buku "Jalan Kemandirian Bangsa" yang disusun Seknas Jokowi, he he he.

Menulis

Apa saja yang bisa menginspirasi Bung? Bagaimana prosesnya sampai mendapat semangat untuk menulis? Apakah pada saat Bung jalan-jalan, pada saat merokok, pada saat minum kopi? Apakah sulit duduk di depan mesin tulis dan menulis buku?

Minggu, 13 September 2015

Haji

Salah satu hasil kunjungan Presiden ke Timur Tengah adalah ditambahnya kuota haji Indonesia sebesar sepuluh ribu jamaah, sehingga kuota haji kita tahun depan menjadi 178 ribu. Tentu saja ini berita gembira, bukan hanya untuk para calon jamaah haji saja saya kira.

Penjilat Pantat Investor

Si penjilat pantat Investor dan penguasa telah merusak dan merobek Spanduk dan Baliho kami yg terpasang di wilayah kami Tanjung Benoa. Ini kesekian kalinya mereka lakukan di berbagai daerah dgn tujuan membungkam aspirasi masyarakat.

"WANTED"

Bagi saya dan Suparta Arz, papan "WANTED" seperti ini mengingatkan pada masa-masa konflik Aceh. Entahlah, apakah hal seperti ini benar-benar efektif menjaring informasi dari masyarakat atau justru menimbulkan keresahan baru.

Bermain di Dua Kaki

Untuk bisa bermain di dua kaki, Anda harus sehebat Soekarno. Sebagai pemimpin, dan sebagai pribadi, ia bukan hanya disegani oleh sebangsanya, tapi juga oleh bangsa-bangsa lainnya. Itu sebabnya ia bisa bermain dengan Washington, tanpa, misalnya, disebut sebagai anteknya; atau bermain dengan Moskow dan Beijing, tanpa disebut sebagai kaki tangannya.

Konser Bon Jovi di Pendolo

Kami singgah di sebuah kecamatan di ujung Danau Poso untuk istirahat, makan siang, dan isi bensin.