Rabu, 26 Agustus 2015

Dollar

Kapas yang ditanam dan dipintal sendiri di Boti, sagu dan padi ladang yang dikonsumsi orang-orang Malind Deq dan Tobelo, atau minyak kelapa yang dibuat sendiri oleh petani kopra di Galela.

Sebagian orang menyebutnya sebagai 'sistem ekonomi yang terisolasi'. Sebagian yang lain menganggapnya sebagai mekanisme pertahanan diri dari globalisasi.

Tapi bagi mereka, ini adalah kehidupan sehari-hari yang dijalani. Tafsir atasnya menjadi penting dan berharga, justru di saat masyarakat lain merasakan dampak dari banyak hal yang berada di luar kendali mereka, seperti pelemahan rupiah terhadap dollar, harga energi, bahkan upah minimum.

Bahkan pemakan tempe dan tahu dari kedelai impor, merasakan betul hal itu.

Kami sendiri menyebutnya sebagai warga negara yang tidak dapat (belum) ditundukkan. Terlindungi oleh sistem kepercayaan dan pandangan hidupnya terhadap alam. Elemen yang juga berada di luar kendali mereka, tapi diyakini akan mendatangkan manfaat dan kebaikan bila diperlakukan seadil-adilnya.

(Dandhy Dwi Laksono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar