Sabtu, 19 September 2015

Bohito

Terdengar seperti "Mohito" atau "Mojito" bila dituliskan. Minuman khas Cuba dari bahan rum putih, gula, air soda, lemon, dan daun mint.

Tapi "bohito" adalah tuak Gorontalo dari air enau atau aren yang difermentasi. Minuman rakyat khas Nusantara yang kami temui merata dari barat ke timur, sampai hendak ke barat lagi. Ada juga yang dari pohon lontar atau kelapa.

Di beberapa tempat, keberadaannya dibatasi terkait aturan peredaran minuman beralkohol. Di Bali, produksinya kucing-kucingan, tapi di Aimere (Flores), dijual bebas dan terbuka. Saya tak terlalu mendalami perbedaan dan detilnya. Mungkin yang dilarang dengan campuran atau proses penyulingan tertentu. Tapi bahkan di Aceh yang "serambi Mekkah" pun, minuman ini ada. Namanya "Ie Joek Masam"

"Orang-orang tua kita dulu minum tuak untuk tradisi dan melepas penat setelah bekerja. Dalam porsi tertentu, tidur bisa lebih lelap dan bangun pagi lebih bugar," kata Agustinus Omben Mahuze, saat ngobrol di Merauke.

Menurutnya, tuak tradisional hanya membuat kantuk dan tidak menjadikan peminumnya pembuat onar atau biang kerok di kampung.

"Tapi anak sekarang minum dicampur-campur, dan bikin rusuh saja. Akhirnya yang tuak-tuak tradisional ikut kebawa-bawa," sesal Agus.

Menghabiskan malam bersama warga atau kawan-kawan di sela perjalanan adalah bagian yang paling saya rindukan, kelak bila ekspedisi ini telah usai.

Terima kasih kawan-kawan AJI Gorontalo.

(Dandhy Dwi Laksono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar