Sabtu, 19 September 2015

Juara?

"Ya hepi lah, Paaak. Tapi sebenarnya aku tu kepingin juara satu..."

Begitu jawab Hayun waktu Si Bapak bertanya gimana perasaan dia setelah dapat "medali" runner up lomba lari di sekolahnya.

Tentu saja itu cuma pertanyaan basa-basi. Toh semalaman medali-medalian itu dia pasang lagi di baju tidurnya, dan dikeloni sampai pagi. Namun setidaknya saya jadi tahu, bahwa sebenarnya Hayun kepingin jadi nomor satu.

Saya masih belum menanggapi keinginan Hayun itu. Tapi nanti-nanti kalau pas dia sudah nggak euforia lagi, ingin rasanya saya katakan padanya sambil ngelus-elus kepalanya:

Mbok uwis to, Ndhuk. Nggak usah latah ikut-ikutan para peserta training-training motivasi itu. Syukur kalau bisa juara satu. Tapi jangan sampai ngoyo. Jadi juara dua toh nggak jelek. Bahkan nggak juara pun nggak papa.

Bapakmu ini nih Ndhuk, nggak pernah hobi sama kompetisi. Jadi nomor satu paling-paling cuma pas SD, dalam soal rapot. Itu pun semata karena perkara nasib, sebab teman-teman Bapak ditakdirkan lahir dari para orangtua yang lebih banyak keterbatasannya dibanding simbahmu.

Sehabis SD, sudah nggak pernah ada lagi juara-juaraan. Bapak juga nggak terlalu suka bersaing.

Sekarang aja, coba lihat, setua ini Bapak nggak pernah resah melihat prestasi dahsyat teman-teman Bapak. Bikin penerbit juga gurem-gureman saja, semau-maunya. Iseng nulis buku ya asal nulis aja, yang penting gembira.

Banyak lho teman Bapak yang bilang kecewa karena bukunya Bapak nggak "idealis", nggak punya bobot intelektuil, dan sebagainya. Lho ya Bapak jelas mengiyakan komentarnya. Lha memang Bapak nggak punya pretensi ilmiah apa-apa. Apalagi niatan untuk nyaingi buku-buku keren yang berisi pemikiran berat-berat gitu, ealaaah, apa ya bapakmu ini minat to....

Memang perkaranya bukan melulu minat dan nggak minat. Tapi sekali lagi, Bapak memang nggak suka dengan persaingan. Jadi tiap kali ngapa-ngapain, ya nggak pernah berniat nyaingi siapa-siapa.

Toh, bagi Bapak yang penting buku Bapak dibaca banyak orang, bikin senang banyak orang, dan Bapak ikut senang karenanya. Itu saja.

Pinginnya Bapak sih.. kamu juga begitu saja, lah. Setuju nggak? Hehe. Bapak bakalan miris ati lho Ndhuk, kalau kamu sampai ngos-ngosan mengejar prestasi nomor satu. Padahal jangan lupa, ketika kamu juara, ada anak-anak lain yang jadi berkurang kebahagiaannya, gara-gara kamu mengalahkannya.

Alih-alih kepingin punya anak super-girl yang mengoleksi segudang piala, rasanya kok Bapak lebih suka kalau anak Bapak jadi anak yang gembira, bahagia, dan yang pasti: bisa membawa manfaat sebisa-bisanya untuk siapa pun di sekitarnya.

Dan memang untuk pengharapan semacam itulah, kenapa dulu Bapak memberimu nama itu: Memayu Hayuning Bumi. Berjuang, untuk terus memperindah wajah dunia...

(Iqbal Aji Daryono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar