Senin, 08 Februari 2016

Jurnalisme, Metafora

Ketika Cristiano Ronaldo disorot kehidupan pribadinya, kita tidak hanya disuguhi kehidupan pribadi seorang pesohor, tetapi juga bagaimana kehidupan pemain sepakbola telah berubah. Ketika kita melihat sorot mata kecewa Lionel Messi, kita memahami bahwa itu tidak sekadar sorot mata satu orang. Ia mewakili kekecewaan orang banyak di sebuah negara, yang merindukan hadirnya dewa baru dalam sosok yang dijuluki “Si Kutu” untuk memberi mereka piala dunia.

Pekerjaan seorang jurnalis adalah menyampaikan metafora. Cerita tentang seseorang bisa hanya cerita pribadi tentang orang itu, tetapi ia juga metafora tentang sebuah masyarakat, atau tentang situasi kita hari ini. Jurnalis adalah pendongeng bagi orang banyak. Ia menyampaikan bahwa hari ini, saat ini—dengan media online yang berlari cepat—ada cerita seperti ini. Sepotong cerita tentang seseorang mungkin menceritakan hal yang lebih besar tentang segala sesuatu di luar cerita itu sendiri. Olok-olok yang ditujukan terus-menerus kepada Quraish Shihab, oleh orang-orang dengan pengetahuan yang hanya sedalam comberan dibandingkan orang yang dicemooh, tidak hanya menyampaikan cerita tentang Quraish Shihab, tetapi juga menceritakan banyak hal tentang masyarakat seperti apa kita hari ini.

(A.S. Laksana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar