Tak mudah untuk bisa disebut expatriat. Anda harus berkulit putih. Kalau tidak, Anda cuma bisa disebut imigran.
Apakah ruang sosial/publik berarti ruang yang digunakan untuk tujuan-tujuan sosial/publik, atau sekadar ruang yang diisi oleh anggota masyarakat yang disebut khalayak?
Jumat, 30 Oktober 2015
Telanjang
Menurut ekonom Joseph Stiglitz, satu pasal dlm pakta kerjasama Trans-Pacific adalah memberi hak investor asing utk menggugat pemerintah negeri anggota jika berani membuat regulasi yg merugikan sang investor. Jadi, alih-alih menutup/melarang, pemerintah justru hrs membayar ganti rugi, sebesar "expexted profits" yg hilang, jika tak ingin sebuah perusahaan membunuh manusia dan merusak alam. Phillip Morris bisa menuntut. Monsanto juga bisa. Investor sawit pembakar hutan idem ditto. Jika ikut ini, Pemerintahan Jokowi sedang menelanjangi diri; makin jauh melucuti perannya yg paling esensial: melindungi keamanan dan kesehatan warga negara serta melindungi lingkungan alamnya. Hidup, Nawacita! #eh (Farid Gaban)
Rasionalitas Doa
Saya percaya doa adalah wujud paripurna berserah diri seorang hamba pada tuhan yang ia percaya. Doa bukanlah alat todong, kita tidak sedang memaksa tuhan untuk mengabulkan permintaan kita. Pada banyak hal saya percaya doa seperti proposal, ia banyak diajukan, namun hanya sedikit yang dikabulkan.
TEMPO
Sesungguhnya orang-orang beriman, dan orang-orang Yahudi, dan Nasrani dan Shabi'in, yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan beramal saleh, bagi mereka pahala mereka pada Tuhan, dan tidak ada kekuatiran atas mereka dan tidak pula mereka berduka. [Al Baqarah 62]
Melucuti Aturan
Di depan para pengusaha Amerika tempo hari, Presiden Jokowi menyatakan sudah melucuti "banyak aturan yg menghambat bisnis", yg menunjukkan kesiapan Indonesia bergabung dlm Trans-Pacific Partnership. Sejak September lalu, pemerintah telah mengeluarkan empat paket deregulasi ekonomi (baca: liberalisasi ekonomi). Dan itu, kata presiden, akan dilanjutkan dengan paket-paket lanjutan: "Paket lima, enam dan seterusnya, bahkan sampai paket yang ke-100." Artinya, pemerintah memang sudah melangkah jauh dr sekadar mempertimbangkan bergabung ke pakta perdagangan bebas itu. (Farid Gaban)
Kamis, 29 Oktober 2015
Lamaran
Terkadang, saya diminta oleh beberapa kawan untuk didapuk sebagai jubir lamaran. Ini mungkin sudah amal warisan. Bapak saya, sejak muda sampai sekarang sering diminta sebagai jubir lamaran. Setelah agak berumur, diminta pula jadi pemberi ular-ular, semacam nasihat pernikahan. Konon, Bapak bertemu Ibu saya juga ketika Bapak menjadi jubir lamaran salah satu sahabatnya.
Pendekar
Inilah enam perempuan yg saya kagumi berikut beberapa buku mereka yg tajam dan berani. Mereka pengecam keras turbo-capitalism, globalisasi korporat yg diusung oleh pakta-pakta perdagangan bebas (free-trade). Mengapa pengkritik terkuat free-trade justru kaum perempuan?
Menyatakan Pendapat
Sekadar menyatakan pendapat, pendirian bahkan keyakinan Anda soal suka atau tidak suka pada suatu keyakinan/agama lain sih oke-oke aja. Tapi Anda adalah seorang terpelajar yang mustinya mau dan mampu berargumen secara rasional, dan memperdebatkan argumen-argumen Anda dalam dialog yang adil dan bermartabat. Lebih penting lagi, sekarang Anda dalam posisi sebagai pejabat pemerintahan, berada dalam posisi kekuasaan dan memiliki sekian kewenangan tertentu di bawah Konstitusi dan Undang-undang. Ucapan dan pendirian Anda terkait erat dengan tindakan dan kebijakan pemerintahan yang Anda pimpin dan bakal berdampak pada masyarakat. Jika Anda tidak mau atau tidak mampu memilah serta memisahkan antara pendirian Anda pribadi dan kebijakan yang Anda ambil, maka Anda sama saja telah mengkorup dan menyelewengkan posisi dan jabatan untuk kepentingan pribadi Anda, Ridwan Kamil! (Harry Wibowo)
Free Trade
Pro-kontra niaga bebas antar-negara mengemuka bersama globalisasi, kesadaran bhw satu negara tak bisa berdiri sendiri; bhw perlu ada kerjasama mengatasi problem bersama: kemiskinan, ketimpangan, dan kerusakan planet bumi. Kerjasama global itu penting. Tapi, apakah free-trade mewakili kerjasama yg bermartabat, fair dan ramah alam? Free-trade yg getol dipromosikan badan dunia spt WTO, Bank Dunia, IMF dan WEF (World Economic Forum) mengunggulkan peran perusahaan swasta multinasional besar, dg motif profit jangka pendeknya. Tak heran jika free-trade itu justru memperparah kemiskinan dan ketimpangan; menindas hak asasi; melemahkan demokrasi; serta merusak lingkungan kian parah. Melawan free-trade yg eksploitatif dan destruktif spt itu adalah kepentingan seluruh umat manusia. (Farid Gaban)
Langganan:
Postingan (Atom)