Rabu, 04 November 2015

Tanda Tangan

Semalam, menjelang pukul 11 malam, saya datang ke Angkringan Mojok. Dan mendapati pemandangan ini: seorang penulis muda tertidur, sementara puluhan buku barunya ada di atas meja, dan 150 eksemplar lain, masih tertata rapi di dalam kardus.

Selasa, 03 November 2015

Too Big to Fail

Menurut Bareskrim Polri, hingga 22 Oktober 2015, ada 247 tersangka pembakar hutan. Dari jumlah itu, 230 di antaranya tersangka perorangan, dan 17 sisanya tersangka korporasi (perusahaan). Tujuh di antaranya berstatus penyertaan modal asing.

Dualitas

Sebagai Kepala Pemerintahan, Presiden RI adalah pimpinan penyediaan layanan publik, sehingga harus dikritik. Itu adalah bagian dari kontrol; bagian dari esensi demokrasi: pemerintahan oleh rakyat.

Sajak Perpisahan

Tak ada sajak perpisahan yang pernah begitu mengesankan saya kecuali sajak pendek Goenawan Mohamad ini,

Sistemik

Para jenderal kagak ada matinye. Pada zaman Orde Baru, bersama Soeharto mereka mengkapling izin HPH hutan luas di Sumatra dan Kalimantan, yg kemudian dikasih ke para pengusaha kroni. Pada zaman Reformasi, jenderal militer dan polri jadi "pelindung" perusahaan sawit ratusan ribu hektar. [Wilmar International menguasai 238.000 ha kebun sawit, 70%-nya di Indonesia]. ‪#‎belanegara‬ (Farid Gaban)

Cumi-cumi

Mengeringkan cumi-cumi di Pulau Rajuni, Taman Nasional Takabonerate, Sulawesi Selatan. (Farid Gaban)

Mengagumkan

Polisi takut dituntut jika ungkap nama perusahaan tersangka pembakar hutan.

Mantan

Sudah seminggu ini, beberapa kru Buku Mojok tidur tak tertib. Pasalnya, kami sedang nglembur menuntaskan buku penulis Indonesia yang sedang ngehits: Arman Dhani. Bayangkan, buku baru mau masuk penyuntingan, beberapa belas lembaga sudah meminta agar diberi izin untuk meluncurkan buku penulis gerandong itu. Setidaknya hampir 1000 eksemplar lebih buku yang belum terbit itu sudah dipesan oleh follower Sang Selebtwit. Padahal sampul dan isinya pun belum ada yang tahu bakal seperti apa.

Tanda Ahok Ingkari Kemerdekaan Kita

Hok, gua nulis ini karena gua peduli. Apalagi, kita sama-sama satu almamater. Saling mengingatkan itu perlu. Btw, sori ya, kalo gua pake bahasa begini ke elu. Ini terpaksa. Lu boleh cek semua tulisan gua, kalo gua sebelonnya kaga pernah menulis dengan bahasa seperti ini.

Uban

Puntuk Setumbu, pukul tiga pagi. Bulan separuh terpenggal. Seperti terluka. Dingin tak terlalu.