Sepuluh tahun masa pemerintahan SBY, kita menyaksikan sebuah pemerintahan yang bekerja sangat lamban. Contohnya, orang harus jadi pimpinan KPK dulu, baru dijadikan tersangka. Di jaman Jokowi, semua hal dilakukan secara gesit. Contohnya, baru berstatus calon pimpinan KPK saja, orang sudah diancam bakal ditersangkakan. Bukan main gesitnya. Pantas saja pemerintahan ini ngotot dengan proyek kereta super gesit Jakarta-Bandung.
Apakah ruang sosial/publik berarti ruang yang digunakan untuk tujuan-tujuan sosial/publik, atau sekadar ruang yang diisi oleh anggota masyarakat yang disebut khalayak?
Senin, 31 Agustus 2015
Papeda dan Politik Pangan
Bersama sebuah keluarga di kelurahan Loto, pulau Ternate yang baru kembali ke rumah, setelah dua pekan berada di lokasi pengungsian akibat letusan gunung Gamalama. Hanya dalam tempo sehari, mereka sudah bisa menghidangkan aneka masakan non-beras. Salah satunya adalah papeda berbahan kasbi (singkong).
Dilema?
Ketika SBY mengalokasikan dana APBN untuk penanggulangan dampak lumpur Lapindo, ia ramai dikecam. Padahal, sebelumnya Mahkamah Konstitusi telah memutuskan bahwa negara memang harus hadir dalam upaya pemberian ganti rugi.
Jatigede
Ada dua nalar paradoks yang membuat konsep pembangunan waduk atau bendungan besar sudah ditinggalkan di banyak negara (Amerika membongkar 850 waduk dalam 20 tahun terakhir).
Minggu, 30 Agustus 2015
Tarli
Seorang sopir truk di Ostrali yang saat itu sedang pulang kampung ke Indonesia untuk menyelesaikan bukunya, bertanya sekaligus memberi informasi kepada saya tentang Tarli Nugraha. Sopir truk itu bingung sekaligus kagum.
Sabtu, 29 Agustus 2015
Dana Haji
Pemerintahan Jokowi ingin dana haji, setoran awal berhaji orang Islam, diinvestasikan pada proyek infrastruktur. Di satu sisi, itu kebodohan umat Islam yg tidak bisa/mau mengelola dana besar (Rp 73 triliun pada 2014, dua kali lipat pada 2022); sementara MUI mengemis dana APBN. Di sisi lain, itu kepintaran pemerintahan sekuler yg memanfaatkan dana privat umat Islam tanpa harus menjadi khilafah. #eh (Farid Gaban)
Gelombang
Gelombang besar menyerbu sebuah kampung nelayan. Air setinggi dua puluh meter segera memporak-porandakan bagang dan menyapu seluruh perahu yang ditambatkan di muara. Dalam tempo yang singkat, tanggul-tanggul di sepanjang pesisirpun jebol.
Mencegah Konflik
Ini dokumenter yang layak tonton. Aktual dan penting: Perkebunan dan pertanian skala besar kini merangsek Papua. Meminggirkan dan memicu konflik lahan dengan warga setempat, salah satunya Suku Mahuze. Video buatan Dandhy Dwi Laksono ini memperlihatkan potensi bencana sosial-politik Papua akibat ekspansi sawit dan program food estate Merauke (yakni ambisi Pak Jokowi mencetak sawah sejuta hektar). Kemandirian pangan tak akan langgeng jika dicapai melalui "mass production". Pemberdayaan petani, prinsip "production by masses" yang menjamin keragaman tanaman, seharusnya dipilih ketimbang memfasilitasi pertanian monokultur modal besar yang menghancurkan keragaman hayati dan budaya. (The Mahuzes [Full Movie])
(Farid Gaban)
(Farid Gaban)
Drama Kolosal
Waduk
Jatigede (Jawa Barat), bendungan terbesar kedua di Indonesia, mulai
digenangi. Sebuah drama kolosal kehidupan sedang berlangsung ketika
sekitar 16.000 keluarga tersingkir dari tanahnya; ketika situs budaya
dan spiritual Sunda dikubur.
(Farid Gaban) |
Jumat, 28 Agustus 2015
Desa Kami
Apakah Indonesia sedang krisis? YA. (Belum terlalu mendalam spt 1998, tapi potensial mengarah ke situ). Apakah itu membuat kami takut? TIDAK. Kami tak akan kelaparan. Ada singkong, pisang, sawo, strawberry, tomat, cabe, dan sayuran kebun yg selalu siap dipetik. Ada tebu yg siap dibikin gula. Ada ikan di kolam yg siap dibakar dengan kayu dan ranting kering. Ada jagung murah utk ditanak; tembakau dan cengkih yg siap dihisap. Sementara itu, kami masih dikenyangkan juga oleh cicit suara burung, desah sungai mengalir, dan warna lembayung senja. Dalam kesederhanaannya, alam adalah kekayaan sejati kami. (Farid Gaban)
Langganan:
Postingan (Atom)