Sabtu, 28 Maret 2015

Apakah Makian Adalah Hal Substansial?

Makian Saut Situmorang muncul karena Fatin Hamama, sebagai orang dekat Denny JA, melakukan kerja-kerja manipulatif untuk membangun relasi-kuasa Denny JA dalam 'genre puisi esei' yang diklaimnya 'memperbarui' tradisi sastra Indonesia, misalnya orang-orang dirayu dan diiming-imingi dibayar asalkan mau meresensi buku "33 Tokoh Sastra Paling Berpengaruh" yang diproduseri oleh Deny JA dan kawan-kawannya. Dalam konteks inilah makian muncul, selain fakta bahwa FH terus-menerus membela upaya manipulatif Denny di forum-forum diskusi yang membahas 'puisi esei' ataupun buku "33 Tokoh Sastra Paling Berpengaruh".

Jumat, 27 Maret 2015

Saut Situmorang

Semingguan bepergian, nggak ada internet setiap harinya, dapat wifi cuma pas malam (itu pun selalu sudah sangat kecapekan), bikin saya nggak banyak membaca postingan kawan-kawan selama sepekan terakhir. Sore ini pulang dan baru ngeh beneran dengan peristiwa penjemputan paksa atas Bang Saut Situmorang.

Andai Saut Situmorang Dipenjara

Andai Saut Situmorang dipenjara, hanya karena ulah kecilnya mengatakan “bajingan!” dalam polemik buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh, maka kita akan kehilangan seorang kritikus yang kreatif memainkan “politik performatif” dalam pergaulan sastra Indonesia kontemporer. “Politik performatif”, seperti dianalisis Judith Butler dalam Excitable Speech, adalah suatu politik yang mempermainkan bahasa untuk bereaksi atas perilaku orang lain, dan menjadikan bahasa suatu tindakan politik itu sendiri. Dalam hal ini, Saut melakukan apa yang tidak pernah dilakukan dalam praktik kritik sastra di Indonesia: meleburkan batas antara kritik sebagai “bahasa tinggi” – yang otoritasnya selama ini dijaga oleh para penunggu akademi sastra – dan sumpah-serapah “bahasa rendah”, antara bahasa teori dan bahasa percakapan, antara bahasa diskursif dan bahasa vulgar keseharian.

Pengadilan Sastra(wan)

Apa yang Anda ingat jika mendengar kata "puisi"? Chairil Anwar?! Amir Hamzah?! Rendra?! Sutardji Calzoum Bachri?! Sapardi Djoko Damono?! Goenawan Mohamad?! Ah, berarti Anda kuno sekali! Imajinasi puisi Anda sudah membeku. Dan itu artinya Anda hidup dalam mitos ghaib tentang puisi. Sebab, menurut seorang penulis dalam buku ini, "33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh" (2014), Anda juga harus mengingat Denny J.A. Kenapa? Karena Denny J.A. adalah salah satu dari 33 tokoh sastra Indonesia paling berpengaruh, yang pengaruhnya sejajar dengan Pramoedya Ananta Toer, Sutan Takdir Alisjahbana, Iwan Simatupang, Rendra, Ajip Rosidi, dan sejenisnya.

Kamis, 26 Maret 2015

Makian

Ahok kemarin maki maki orang, dan banyak yang dukung. Trus, banyak yang protes soal UU ITE yang katanya bermasalah dan mengekang kebebasan berekspresi. Nah, Saut Situmorang itu gimana dong?

Indikator

Terkait penjemputan paksa penyair Saut Situmorang yang merupakan salah satu indikator dari bangkitnya kekuatan fasis di ranah kebudayaan Indonesia, mari kita kumpulkan dukungan sebanyak-banyaknya untuk melawan! ‪#‎savesaut‬ (Wijaya Herlambang)

Melawan

"Saya akan melawan dia( Fatin Hamama dan Denny JA). Saya siap melawan!" Begitu kata Saut Situmorang dalam menanggapi kriminalisasi dirinya oleh Polres Jakarta Timur. Ia sekarang sedang bersiap dibawa paksa ke Jakarta dalam kasus pencemaran nama baik terhadap Fatin Hamama. Kita semua tahu siapa yang berada di balik Fatin Hamama. Tidak ada lagi yang bisa kita lakukan kecuali: Lawan! (Dwi Cipta)

Senin, 23 Maret 2015

Gerakan Mahasiswa

Hampir setengah abad sejak genosida politik 1965-66, rumusan problem politiknya nggak maju-maju. Selalu memandang aksi protes mahasiswa dari kacamata moral. Berhadapan dengan kekuasaan (politik) negara, 'gerakan mahaisswa' dianggap sebagai penjelmaan sosok seorang resi, tanpa pamrih, disanjung-sanjung non-partisan membela rakyat. Kaum terpelajar di negeri ini memang gemar memamah biak mitos! (Harry Wibowo)

Pembangunan (Untuk) Siapa?

Kita terus mengalami gejala deindustrialisasi, dimana sumbangan sektor manufaktur terhadap PDB terus menurun. Dan liberalisasi harga BBM serta tarif listrik telah membuat industri manufaktur kita semakin terpukul. Kenaikan tarif listrik sepanjang 2014, misalnya, telah memukul Krakatau Steel, salah satu BUMN kita yang bergerak di bidang industri dasar yang vital, yaitu produksi baja.

Jumat, 20 Maret 2015

Pejuang dari Rembang

Ibu-ibu para pejuang dari Rembang itu telah pulang ke Rembang. Jauh-jauh mereka dari Rembang ke Yogyakarta, untuk memberi pelajaran kepada orang-orang kampus dan sekolahan tentang “aksiologi”: bahwa ilmu itu, Le, bukan untuk ilmu, bukan untuk korporasi, tapi untuk berpihak kepada penderitaan rakyat. Ilmu itu untuk mengemansipasikan. Mungkin orang-orang Yogya yang pandai-pandai dan sarjana-sarjana itu telah lupa dengan pelajaran aksiologi dasar ini, sampai-sampai butuh ibu-ibu yang tak sekolah itu untuk mengingatkan. Mereka datang untuk mengingatkan agar para “homo academicus” itu tak sembarang menggunakan legitimasi ilmiahnya di dunia yang tak bebas-nilai ini. Para dosen filsafat ilmu mesti malu dan berguru kembali kepada para perempuan luar biasa itu. (Muhammad Al-Fayyadl)