Senin, 09 November 2015

Dari Twitwar ke Twitwar

Seiring industri media cetak yang terjun bebas, ditandai dengan tutupnya banyak koran, follower twitter mz Dhani justru terus melaju tak terkendali. Sebagai sang liyan (Aunurrahman, 2015), ia menyisir dari pinggir. Hanya dalam beberapa menit, postingan fesbuknya disukai ratusan orang. Apa rahasianya? Sila beli dan baca buku blio yang sebentar lagi terbit ini. (Wisnu Prasetya Utomo)

Serba Cepat

Salah satu resep perjalanan ke pulau2 adalah siap mental dg pengumuman jadwal kapal yg berubah2 spt ini: meleset 12 jam lebih! Siapa saja yg mimpi kereta super cepat Jakarta-Bandung sebenarnya hidup di alam lain dr rata2 orang KEPULAUAN Indonesia.

Pelabuhan Lirung

Sampan di Pelabuhan Lirung, Kabupaten Kepulauan Talaud, siang tadi. (Farid Gaban)

Cap Tikus

Ini dua kata yg banyak terdengar jika kita berkeliling pulau2 Sulawesi, Maluku. Tapi, saya tetap lebih tergoda oleh aroma kopi dlm cangkir mendidih. ‪#‎eh‬ (Farid Gaban)

Sinar Harapan dan Senjakala Media Cetak

Ada kabar bahwa Sinar Harapan (baik cetak maupun online) akan berhenti terbit awal tahun 2016. Belum ada pengumuman resmi yang bisa dibaca, meski jika kita menyimak tren penurunan besar-besaran jumlah eksemplar media cetak di berbagai belahan dunia, hal seperti ini wajar terjadi.

Valentino Subianto

Masih seputar ontran-ontran MotoGP, siang ini tertawa ngakak mendengar plesetan seorang OB: Valentino Subianto versus Jorge Widodo. Hoa ha ha ha. Pilpres tidak pernah berakhir, Saudara-saudara! Qi qi qi ‪#‎JuaraTanpaMahkota‬

Sabuk Nusantara

Salah satu problem transportasi antar-pulau adalah ketidakpastian. Kapal ini harusnya berangkat dr Lirung menuju Miangas siang ini. Tapi, ditunda tengah malam nanti krn menunggu bongkar muatan: pasir dr Bitung (Manado) utk bikin jalan di Talaud.

TAEK! PUTHUT EA

Siang ini pak pos mengetuk pintu rumah, membawa 4 buku dari Mas Eka Pojok Cerpen: TAEK! PUTHUT EA, Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, Sarapan Pagi Penuh Dusta, dan bonus buku Perempuan Pala.

Paket Obral Jilid 6

Setahun lalu, sesudah Presiden Joko Widodo berjualan proyek infrastruktur dalam KTT APEC di Beijing, di dinding ini saya menulis tentang peringatan Soekarno pada 1930 atas bahaya pembangunan infrastruktur yang dibiayai oleh modal asing. Meski memberikan sejumlah manfaat, infrastruktur yang dibiayai oleh asing sebenarnya hanyalah alat untuk memuluskan bekerjanya kapital internasional. Soekarno menyebut proyek semacam itu sebagai pembangunan drainase untuk menguras kekayaan alam nasional.

Saat Itu

Saat itu, posting yg sedikit nyenggol2 the First Lady spt ini tak akan mendatangkan tuduhan "nyinyir", "haters", "antek Megawati", "dikit2 salah SBY", dan semacamnya.