Tampilkan postingan dengan label Wisnu Prasetya Utomo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisnu Prasetya Utomo. Tampilkan semua postingan

Rabu, 04 November 2015

Oknum di Media

Pagi ini saya baca berita tentang seorang anggota TNI yang menembak mati pengendara motor di Cibinong. Persoalannya sepele, serempetan kendaraan. Arogansi anggota militer macam ini tentu saja memuakkan. Ia memposisikan dirinya di atas hukum dan merasa bisa mencabut nyawa orang sesukanya sendiri.

Senin, 02 November 2015

Bola

Peluit panjang itu telah dibunyikan. Kalah, dan tak ada duel ulang.

Rabu, 28 Oktober 2015

Teknologi sebagai Alat

"Masalah digitalisasi di Indonesia muncul dengan pola yang terus berulang: teknologi yang semestinya menjadi alat dalam menciptakan kemajuan, malah dilihat sebagai penanda utama kemajuan itu sendiri. Keunggulan teknologi baru dari teknologi lama dianggap tidak perlu dibuktikan lagi."

Imajinasi

Saya sudah membayangkan tadi akan menjadi gol yang indah. Ketika kiper melempar bola jauh ke depan membelah lapangan secara diagonal, ada sepersekian detik saya merem dan siap-siap melempar dua kaki ke udara dalam posisi condong ke kiri. Bola akan saya terima dengan kaki kanan, dan menembus gawang. Tendangan voli yang indah. Salah satu gol terbaik saya berkarier di lapangan futsal.

Selasa, 27 Oktober 2015

Kurnia Sandy

Kemarin Okezone menulis berita berjudul "Mantan Kiper Sampdoria Terkapar Diduga Karena Ulah Menpora". Ini berita yang buruk sekali. Spekulatif dan mekso, menggunakan mantan pemain nasional yang sedang mengalami amnesia dan dirawat di rumah sakit untuk mengkritik (atau malah menyerang) Menpora yang membekukan PSSI sehingga kompetisi tidak berjalan. Tidak ada keterangan kenapa berita ini bisa sampai pada kesimpulan bahwa penyebab sakit Kurnia Sandy adalah Menpora, sementara dokter saja belum memberikan diagnosis.

Minggu, 25 Oktober 2015

Pers Mahasiswa Melawan Komersialisasi Pendidikan

Pemberedelan pers mahasiswa Lentera di Salatiga menyisakan banyak hal yang menarik untuk didiskusikan. Pertama tentang isu 1965 yang diangkat oleh Lentera. Kedua, tentang eksistensi pers mahasiswa itu sendiri. Ada banyak pemberedelan dan aksi kekerasan terhadap pers mahasiswa, terutama pasca 1998. Namun baru kali ini pemberedelan memicu respon yang demikian masif– setidaknya di media sosial.Terasa ironis memang jika melihat pers mahasiswa diperhatikan justru ketika ia diberedel. Sementara di hari-hari “normal”, kehadirannya hidup segan mati tak mau.

Senin, 19 Oktober 2015

Salatiga Kota Merah

"Kami bukan generasi mbah. Itu yang harus dipahami. Kami hidup pada zaman di mana tirani telah tumbang, dan ketika kami menulis, tentara (mungkin) tidak menculik kami. Kami hidup digerogoti hedonisme dan perilaku konsumtif. Kami hidup dalam buta sejarah."

Minggu, 18 Oktober 2015

Kepekaan

Tadi siang saya ngisi diskusi tentang analisis sosial dan beberapa problem media penyiaran di depan mahasiswa baru fakultas hukum UI. Salah seorang mahasiswa bertanya, "kak, gimana cara menumbuhkan kepekaan sosial?". Saya jawab, "ya banyak cara. Salah satu cara yang paling sederhana, baca artikel-artikel di Mojok Dot Co, ikuti status-status fesbuk beberapa penulisnya seperti Iqbal Aji Daryono, Eddward S Kennedy, dan Rusdi Mathari, Insya Allah anda akan "peka". Tapi hati-hati...

Jumat, 16 Oktober 2015

Peristiwa dan Media Kita

Setiap ada peristiwa tertentu yang sedang hangat di linimasa media sosial, rutinitas yang saya lakukan adalah mengetik kata kunci kejadian tersebut di google. Saya penasaran seperti apa media-media online memberitakan sebuah peristiwa dengan cepat. Biasanya, jika melihat karakter kecenderungan media online di Indonesia, berita-berita di menit-menit awal pasca kejadian tidak akan banyak menunjukkan kebijakan redaksi sebuah media.

Senin, 12 Oktober 2015

Menjadi Penulis

"Bagi yang ingin memilih menjadi penulis, seperti pesan Pamuk, keberanian tidak cukup, tetapi ia harus terlunta-lunta dalam kesunyian. Dan Pamuk menemukan kebagiaan saat-saat seperti itu, saat di mana ia menciptakan dunia lewat kata-kata yang ditulisnya. Karena baginya, menulis adalah balas dendam bagi kehidupan yang tidak pernah terjadi!"

Jumat, 09 Oktober 2015

Koran Edisi Cetak

Kemarin, ketika halaman muka Republika tentang asap jadi viral dan bahasan di media sosial, ada email dari Koran Tempo yang mengabarkan bahwa mulai tanggal 11 Oktober besok, mereka tidak akan menerbitkan lagi koran edisi hari Minggu. Tidak diberi alasan kenapa edisi hari Minggu tidak terbit lagi. Saya menduga karena bisnis cetak tidak lagi menguntungkan, atau pembacanya menurun drastis seperti kecenderungan yang merata dan membesar di berbagai belahan dunia. Tapi bisa juga karena alasan yang lain, wallahu a'lam.

Kamis, 08 Oktober 2015

Halaman Depan Koran Republika

Menurut saya headline Republika hari ini keren, menutupi sehalaman depan dengan asap. Kabar (baik?) turunnya harga Solar jadi percuma kalau masalah asap tidak bisa diatasi. Piye Jokowi?

Rabu, 07 Oktober 2015

Bonsai

Di artikel Pindai terbaru, ka Dea Anugrah bilang bahwa blio baru saja "membaca Bonsai, novel tipis karya pengarang Chile kontemporer Alejandro Zambra. Dua tokoh utama dalam novel itu, Julio dan Emilia, adalah pasangan ganjil yang diikat (dan kemudian dipisahkan) oleh karya-karya sastra yang mereka baca. Pada satu titik, mereka bahkan menjadikan bacaan sebagai bahan untuk merangsang satu sama lain secara seksual, membaca keras-keras bagian tertentu dari sebuah buku dan memanfaatkan ketaksaan teks untuk menciptakan tafsir-tafsir yang bersifat erotis."

Selasa, 06 Oktober 2015

Mahasiswa Indonesia dan Kelahiran Orde Baru

"Banyak kajian yang mengupas tentang bagaimana proses kelahiran rezim Orde Baru. Mulai dari sistem ekonomi politik yang dibangun sampai proses konsolidasi kekuasaan jenderal-jenderal militer penyokong Soeharto. Yang sedikit dibahas, adalah mengenai peran pers, termasuk pers mahasiswa, dalam menyokong konsolidasi rezim di saat-saat krusial dalam proses perumusan ideologi dan visi pembangunan Orde Baru. Padahal, sebagai rezim yang menggunakan bahasa sebagai alat melanggengkan kekuasaan, pers adalah medium yang cukup vital."

Surat Terbuka Mahasiswa Bodong

Yang kemarin ramai menertawakan mahasiswa yang berasal dari kampus abal-abal, ada baiknya membaca surat terbuka yang dimuat Majalah Tempo minggu ini. —

Kamis, 01 Oktober 2015

Gestok dan Kehancuran Gerakan Perempuan

Beberapa waktu lalu mas Luthfi mengirim tautan video tari Bondan, tarian yang dilakukan dengan menggendong boneka dan berdiri di atas kendi. Menariknya, meski diinjak, kendi tersebut tidak pecah.

Rabu, 30 September 2015

Modal dalam Industri Media

Kurang dari 24 jam setelah terjadi pembunuhan jenderal-jenderal Angkatan Darat, seluruh penerbitan pers tanpa izin khusus di Jakarta dilarang terbit alias diberedel. Hanya dua koran yang diijinkan untuk tetap terbit: Berita Yudha dan Angkatan Bersenjata. Pelarangan ini kemudian dilakukan di seluruh daerah di Indonesia dan menyasar media-media kiri atau yang berafiliasi dengan PKI.

Senin, 21 September 2015

Agenda Setting

Salah satu teori yang paling populer untuk membaca media adalah Agenda Setting. Kalau dirangkum, saripati teori ini bilang bahwa media selalu berjalan dengan kepentingannya sendiri. Kepentingan ini yang menentukan bagaimana sebuah peristiwa diberitakan, isu apa saja yang ditonjolkan atau ditutupi, dan seterusnya.

Minggu, 20 September 2015

Teori Persamaan Media

Belakangan, ada teori baru dalam melihat media, namanya teori persamaan media (media equation). Ia membahas tentang interaksi antara manusia dan media. Kira-kira bilang bahwa berita-berita (dan) media saat ini sudah diperlakukan seperti manusia, dan pada satu titik respon kita terhadap sebuah berita akan menunjukkan seperti apa respon kita terhadap orang lain. Respon ini kadang-kadang muncul begitu saja, semacam refleks.