Kamis, 15 Oktober 2015

Kepada Kaum Jenderal

Sejak Desember 2006, melalui Keppres 28, Indonesia sudah punya Hari Bela Negara yang diperingati setiap 19 Desember.

Rabu, 14 Oktober 2015

Motinggo

Terakhir membaca Motinggo Busye adalah tujuh belas tahun lalu. Judul novelnya masih saya ingat persis, "Puteri Seorang Jenderal". Dua malam saya menyelesaikan novel itu yang kemudian diakhiri oleh sudut mata yang berkaca-kaca.

Anak Laut

Beginilah anak pulau-pulau kecil Indonesia bermain dan belajar dari lingkungannya. (Foto-foto oleh Farid Gaban)

Bibliofili

Saya tak bisa membayangkan bagaimana seandainya smartphone atau tablet sudah ditemukan lima puluh atau seratus tahun yang lalu. Tentu saya tak akan merasakan kegirangan sebagaimana yang dialami kemarin petang, ketika bertemu dengan tiga halaman kertas bertulisan tangan Mohammad Hatta ini.

Yerebatan Sarayi

Kisah tentang tempat ini saya baca pertama kali di novel Inferno (Dan Brown, 2013). Tempat ini adalah lokasi yang dipilih oleh Zobrist untuk menyebarkan virus kemandulan, demi mengendalikan populasi manusia di bumi.

Rezim Jokowi akan Bertahan hingga 2019

Dua pekan lalu, ketika nilai tukar rupiah sempat menyentuh angka Rp14.800, saya ditanya apa kira-kira yang membuat rezim ini tetap dan akan terus bertahan. Pertanyaan itu dilontarkan oleh seorang pengusaha sepuh dalam sebuah obrolan kecil sebelum sebuah diskusi terbatas mengenai soal politik dan tata negara di salah satu ruangan di gedung klasik itu.

Malam Satu Suro

Aku bangun pukul satu dini hari, di malam satu Suro. Sebagai orang Jawa, aku merasa getun.

Sindrom Pesohor

Ini sudah keterlaluan! Satu lembaga negara yang namanya KPAI (Erlinda) dan satunya ornop yang namanya Komnas Anak (Arist Merdeka Sirait). Kalian berdua memang dogol, menginjak-injak prinsip 'kepentingan terbaik bagi anak', jualan kasus demi sensasi murahan TVO'on! (Harry Wibowo)

Selasa, 13 Oktober 2015

Maklumat

Bersama ini saya permaklumkan bahwa:
Saya tak tahu-menahu tentang program bela negara.
Mobilisasi militeristik itu bukan urusan saya.
Karenanya saya cuci tangan dari persoalan ini.

Kereta Cepat

Enam menteri, satu menteri koordinator, panglima TNI, dua gubernur dan satu walikota dilibatkan dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Dan itu dibilang B to B (business to business). Pintar! (Farid Gaban)