Rabu, 04 November 2015

Kalkulator Sampah Tuan Guru: Catatan untuk Ahok

Jakarta sedang berseteru dengan Bekasi dan Bogor terkait sampah. Gubernur Jakarta dengan enteng menyatakan akan memarkir sampah sementara di Monas, seratus meter dari Istana Negara. Tapi sampah di Jakarta selama dua hari saja, sudah setara candi Borobudur.

Ujaran Kebencian

Banyak orang mengira bahwa aturan yang akan menindak kaum ujaran kebencian (hate speech), akan mengancam para 'haters' Pak Jokowi. Saya kira itu keliru. Saya yakin jika aturan tersebut dilaksanakan dengan adil, maka para pembenci Pak Fadli Zon dan Pak Fahri Hamzah yang akan kena godam duluan.

Fasis Populer

Zaman Orde Baru: Jadi fasis dulu, baru populer.

Sarapan Pagi Penuh Dusta

Mengapa sebuah buku cerita perlu diterbitkan kembali? Nostalgia.

Oknum di Media

Pagi ini saya baca berita tentang seorang anggota TNI yang menembak mati pengendara motor di Cibinong. Persoalannya sepele, serempetan kendaraan. Arogansi anggota militer macam ini tentu saja memuakkan. Ia memposisikan dirinya di atas hukum dan merasa bisa mencabut nyawa orang sesukanya sendiri.

Tanda Tangan

Semalam, menjelang pukul 11 malam, saya datang ke Angkringan Mojok. Dan mendapati pemandangan ini: seorang penulis muda tertidur, sementara puluhan buku barunya ada di atas meja, dan 150 eksemplar lain, masih tertata rapi di dalam kardus.

Selasa, 03 November 2015

Too Big to Fail

Menurut Bareskrim Polri, hingga 22 Oktober 2015, ada 247 tersangka pembakar hutan. Dari jumlah itu, 230 di antaranya tersangka perorangan, dan 17 sisanya tersangka korporasi (perusahaan). Tujuh di antaranya berstatus penyertaan modal asing.

Dualitas

Sebagai Kepala Pemerintahan, Presiden RI adalah pimpinan penyediaan layanan publik, sehingga harus dikritik. Itu adalah bagian dari kontrol; bagian dari esensi demokrasi: pemerintahan oleh rakyat.

Sajak Perpisahan

Tak ada sajak perpisahan yang pernah begitu mengesankan saya kecuali sajak pendek Goenawan Mohamad ini,

Sistemik

Para jenderal kagak ada matinye. Pada zaman Orde Baru, bersama Soeharto mereka mengkapling izin HPH hutan luas di Sumatra dan Kalimantan, yg kemudian dikasih ke para pengusaha kroni. Pada zaman Reformasi, jenderal militer dan polri jadi "pelindung" perusahaan sawit ratusan ribu hektar. [Wilmar International menguasai 238.000 ha kebun sawit, 70%-nya di Indonesia]. ‪#‎belanegara‬ (Farid Gaban)