Rabu, 24 September 2014

Logika Mobil Derek

Empat bulan setelah dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 25 Agustus 1978, Daoed Joesoef membentuk KPPN (Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional). Anggotanya tidak main-main, terdiri dari 21 orang sarjana terkemuka yang bukan hanya pendidik, melainkan menjadi pemegang otoritas dalam bidang keilmuannya masing-masing, dan juga dikenal sebagai intelektual publik. Di antara anggotanya adalah Slamet Iman Santoso, Sumitro Djojohadikusumo, Andi Hakim Nasution, dan Ki Suratman.

Jumat, 19 September 2014

Universitas

Kata universitas berasal dari bahasa Latin, "universitas magistrorum et scholarium", universitas adalah komunitas guru dan murid. Sebab itu, tugas pokok universitas adalah melakukan kegiatan pendidikan. Tentu saja, kegiatan pendidikan di universitas berbeda dengan kegiatan pendidikan pada jenjang di bawahnya, yang hanya menekankan pengajaran, alias 'delivery of stocks'. Persis di sini kita sering mengabaikan adanya jarak pengertian yang sangat jauh antara terma "pendidikan" dengan "pengajaran".

Kamis, 18 September 2014

Daoed, Pohon atau Hutan?

Ada banyak yang bertanya kenapa saya mengapresiasi demikian mendalam Daoed Joesoef dan pemikirannya, yang dalam ingatan kolektif kita dianggap sebagai tokoh kontroversial. Mengenai hal ini, saya telah berjanji akan menuliskannya dalam sebuah buku yang cukup pantas, mengenai Daoed dan pemikirannya. Saya kebetulan membaca dan mengkoleksi tulisan-tulisannya yang dipublikasikan sejak 1972 hingga sekarang.

Selasa, 09 September 2014

Kamis, 28 Agustus 2014

Rezim BBM

Ketika Habibie menjabat presiden, ia pernah disodori proposal tata kelola energi. Intinya, tata kelola energi di Indonesia selama ini keliru. Indonesia mengimpor BBM yang mahal dan malah mengekspor gasnya secara murah. Kita tahu, harga BBM, selain fluktuatif, memang sangat mahal, sementara cadangan minyak Indonesia sendiri hanya sedikit. Di lain pihak, harga gas di pasar dunia itu murah, sementara Indonesia memiliki cadangan gas yang melimpah. Pilihan mengimpor BBM dan mengekspor gas jelas merupakan pilihan tata kelola energi yang bodoh.

Minggu, 13 Juli 2014

Tokoh, Teror, dan Frustrasi

“Aku dulu banyak mengagumi tokoh. Namun, setelah ada media sosial dan mengetahui bagaimana mereka bersikap terhadap berbagai persoalan, ilang kabeh… Aku kecewa. Kapasitas mereka ternyata cuma segitu.” Kalimat itu meluncur dari mulut sahabat saya, Irfan Afifi, dua malam sebelum pemilihan presiden kemarin. Kami berbincang hingga larut di sebuah kedai kopi, malam itu, ditemani seorang kawan lain, David Setiawan, yang sedang galau dengan urusan kelaminnya. Apa yang disebut sebagai “tokoh” oleh Irfan tak lain adalah apa yang tempo hari sering disebut sebagai “intelektual”. Irfan, sebagaimana juga saya dan David, terutama memang mengimajinasikan kaum intelektual sebagaimana yang kami lihat pada kaum intelektual Indonesia tahun 1970-an hingga awal 1990-an, yang kami kenal melalui media-media yang mengisi masa remaja kami, seperti Prisma, Ulumul Quran, Analisa CSIS, atau Kalam, untuk menyebut beberapa. Dan nama-nama yang dikecewainya adalah nama-nama yang pasti banyak kita kenal.

Senin, 30 Juni 2014

Permintaan Wijaya Herlambang kepada Jokowi

Bapak Joko Widodo yang terhormat, berjanjilah kepada rakyat Indonesia Anda akan menyeret jendral-jendral di belakang Anda ke pengadilan, jika Anda terpilih menjadi presiden. (Wijaya Herlambang)

Jumat, 16 Mei 2014

Goenawan Mohamad Bela Prabowo?


Kerusuhan Mei

Ralat atas komen saya tentang rekaman suara GM. Konteks pebicaraan itu memang tentang penolakan GM pada teori konspirasi. tapi dalam pernyataannya GM memang tidak percaya bahwa Prabowo berada di belakang kerusuhan mei. saya memang salah menyebut (rekaman itu saya buat tahun 2007) tentang "bantahan atas keterlibatan Prabowo di tim Mawar" karena rekaman itu baru saya dengarkan lagi setelah saya menulis komen itu. Jadi saya meralat Tim Mawar menjadi Kerusuhan Mei. (Wijaya Herlambang)