Selasa, 27 Oktober 2015

Menjadi Beras

Bapak saya seorang guru. Ibu saya juga seorang guru. Sejak kecil, Bapak selalu menyampaikan filosofi pendidikannnya kepada saya, "Untuk menjadi beras, gabah yang ditumbuk di lumpang, tidak harus selalu kena alu. Tapi juga karena saling gesek antargabah."

Bulir pikiran itu kuat sekali tertanam di kepala saya. Dan secara tidak langsung, saya praktekkan di berbagai tempat yang memberikan saya kesempatan untuk tumbuh. Sesekali kita memang perlu belajar langsung dari para ahli sebagai 'alu'. Tapi jangan pernah melupakan pentingnya intensitas dan gesekan antarorang sebagai 'gabah'. Modelnya bisa beragam. Tak ada yang baku untuk model belajar, yang penting makin memahami, makin baik, dan makin mulia.

Semenjak tahun lalu, secara lebih serius berbagai model belajar kami kembangkan di KBEA. Tapi setiap akhir tahun, kami secara khusus menyepi. Tidak mau diganggu siapapun termasuk mereka yang punya pacar, untuk sementara menyapih pacar mereka. Kami ingin khusyuk belajar dengan model ini sebagai bagian dari rangkaian belajar yang tak putus.

Jadi ketika di tanggal-tanggal tersebut anggota KBEA tidak bisa dihubungi, harap maklum. Dan khusus acara ini, mungkin berbeda dengan acara yang lain. Sebab jika ada yang bertanya, "Apakah saya boleh turut serta?" Jawabnya gamblang: Maaf tidak boleh.

Ada kalanya dalam satu waktu, orang hanya berkumpul dengan anggota keluarga mereka. Saling bicara. Belajar. Dan tertawa. Tanpa diganggu 'orang lain'.

(Puthut E.A.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar