Jumat, 20 November 2015

Jurnalisme

Tadi malam, Roy Thaniago mengirim pesan wassap kepada saya. Dia memberi komentar tulisan terbaru di Pindai tentang Orang Rimba. Kata Roy: "Aku heran, itu 2 paragraf dari 3 paragraf terakhir, sama persis dengan tulisanku loh." Mak jegagik saya. Dalam istilah Roy sendiri, ia sedang melakukan proses tabayyun. Saya hanya bilang akan meneruskannya ke Fahri Salam, editor naskah tersebut. Seharian ini Fahri menelusuri apa yang salah di naskah tersebut. Ia mengontak penulisnya, Jogi Sirait, juga narasumber yang dikutip dalam tulisan tersebut. Kesimpulannya, memang ada kesalahan dalam naskah tersebut. Hasilnya ditulis Fahri di blog Pindai berikut.

"Mewakili redaksi Pindai, untuk perkara kesamaan kalimat tersebut, kami mohon maaf. Terimakasih buat Roy Thaniago, juga pembaca lain bila ada respons semacam ini, yang terus mengingatkan pada kerja-kerja kami yang luput, keliru, salah, dan sebagainya. Prinsip kami adalah selalu terbuka. Ini prinsip dasar jurnalisme, yang harus mau dikoreksi, dalam metode kerja dan penulisan. Jurnalisme kerap dan, dalam banyak kasus, bisa salah. Saluran informasi yang makin terbuka, justru makin mendorong ruang jurnalisme juga harus lebih terbuka." (http://pindai.org/blog/kesamaan-kalimat-dalam-merumahkan-orang-rimba/)

(Wisnu Prasetya Utomo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar