Rabu, 18 November 2015

Payudara

“Tanyalah pada lelaki, apa yang mereka inginkan? Jawabannya satu: sepasang payudara yang montok. Maka aku pun berkali-kali melukisnya dengan penuh gairah.” Begitulah konon jawaban Pablo Picaso ketika ditanya alasannya banyak melukis payudara perempuan.

Disebutkan dalam buku “HerStory, Perjalanan Payudara Perempuan” [Naning Pranoto], payudara adalah daya tarik seksual utama perempuan, menyisihkan puki dan bokong. Sigmun Freud bahkan menggambarkan payudara tak ubahnya pelir pada laki-laki. Keduanya [payudara dan penis] bersifat libidis. Membangkitkan nafsu berahi secara instingtif. Sumber kenikmatan seksual yang bisa dinikmati secara oral.

Di dunia pesohor, payudara dianggap sebagai ikon seksual berdaya jual tinggi. Daya tarik penyanyi dangdut Duo Serigala bukan ada pada lagu-lagu atau suara mereka, melainkan karena payudara mereka yang berukuran super jumbo. Begitu penting payudara bagi para pesohor, sehingga banyak dari mereka yang lantas melakukan bongkar-pasang payudara agar terlihat menarik. Untuk kasus ini, artis Hollywood Pamela Anderson termasuk yang memecahkan rekor. Dia menghabiskan jutaan dolar agar memiliki payudara bergaris tengah 32,5 Centimeter.

Dari peninggalan sejarah, banyak ditemukan patung perempuan berpayudara besar. Antara lain patung Venus. Di Gempol Parusuan, ada tempat wisata yang disebut Candi Sumber Tetek karena air yang menyembur dari arca Dewi Sri dan Dewi Laksmi, tepat di bagian puting. Dalam konteks ini, payudara montok tidak sekadar dipandang sebagai sentral libido, melaikan sakral.

Kemontokannya dimaknai sebagai simbol kesuburan, kasih sayang dan sumber kehidupan. Dan benar, payudara adalah sumber air susu yang menghidupi bayi-bayi.

Tanpa ada kesuburan, air susu tidak akan mengucur. Tanpa kasih sayang, air susu tidak akan diberikan kepada bayi-bayi. Perempuan atau ibu-ibu yang tidak mau menyusui bayinya, payudara mereka dianggap tidak bermakna luhur sebab hanya berfungsi sebagai perangkap libido dan pemuas nafsu berahi.

Di buku itu disebutkan, secara anatomis, payudara terdiri dari tiga bagian: kelenjar air susu, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang yang mengikat kelenjar jadi kesatuan. Saluran kelenjar bermuara pada puting susu yang berada di tengah. Berwarna lebih gelap dan disebut areola. Ukuran payudara kiri dan kanan tidak sama: payudara sebelah kanan konon berukuran lebih besar dari payudara di sebelah kiri. Letaknya juga tidak simetris.

Perempuan dan laki-laki punya payudara, tapi hanya payudara perempuan yang tumbuh dan berkembang. Pertumbuhannya dimulai saat perempuan memasuki pubertas, dan pada saat tumbuh itu, payudara memiliki 15-25 pembuluh air susu.

Masa subur payudara terjadi pada saat perempuan berusia 25-35 tahun. Dalam periode itu, payudara terlihat kencang dan mencuat indah. Masa setelah itu, kekencangan payudara akan menurun, menyusut, dan terus menggelambir hingga perempuan mulai berusia 50 tahun. Pada usia itu, perempuan mungkin akan merasa mulai kehilangan mahkota terindahnya.

Satu hal yang jarang menjadi perhatian dan diwaspadai perempuan adalah, di balik keindahan payudara mereka, mengancam pula malapetaka: kanker payudara. Penyebabnya belum terungkap sampai sekarang, tapi ada faktor risiko yang diperkirakan menjadi pemicu.

Antara lain, mendapat haid pertama pada usia kurang dari 10 tahun, mengalami mati haid [menopause] setelah berusia 50 tahun, tidak pernah menyusui bayi, pernah menjalani operasi payudara [untuk alasan penyakit maupun kosmetik], dan keturunan. Gejalanya: ada benjolan, pembengkakan lengan atas, keluar cairandari puting [darah, nanah, atau air susu encer], perubahan bentuk dan ukuran, kulit puting dan areola melekuk ke dalam atau berkerut.

Angelina Jolie mengambil keputusan drastis setelah tahu dirinya terserang kanker payudara: melakukan amputasi. Itu sebuah keputusan sulit, apatah lagi bagi Jolie; pesohor kelas wahid Hollywood yang terkenal karena antara lain berkat pesona tubuhnya termasuk payudaranya, tapi Jolie sudah memutuskan. Amputasi dianggapnya bisa mengurangi peluang kanker payudara atau kanker kandungan dari 87% menjadi 5%. Setidaknya dia punya pengalaman, karena ibunya, Marcheline Bertrand, aktris dan produser film; mati di usia 56 atau 10 tahun setelah kanker bersarang di payudara.

Dua hari yang lalu, seorang kawan baik mengirim kabar: dia terserang kanker payudara. Dokter yang memeriksanya menyatakan kanker di payudara kirinya termasuk ganas. “Aku bersiap studi ke Harvard Rus, tapi ada [kabar] ini.”

Usianya masih mudah. Baru tiga puluhan, tapi tak ada perempuan yang mentalnya tidak akan jatuh ketika harus tahu ada kanker bersembunyi di payudaranya, dan ganas. Saya tak bisa berpura-pura menghiburnya, misalnya dengan mengatakan tak perlu ada yang dirisaukan dan semuanya akan baik-baik saja.

Saya hanya menyampaikan apa yang pernah disampaikan Ariyanti Baramuli, Ketua CICS [pusat informasi dan dukungan untuk penderita kanker], di depan para perempuan penderita kanker yang berkumpul di rumahnya, awal tahun lalu. "Kanker tak perlu dirisaukan. Kanker juga bukan penyebab kematian. Orang mati karena kontraknya di dunia sudah berakhir."

‪#‎ceritarabu‬
*untuk D. Bersemangatlah.

(Rusdi Mathari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar