Jumat, 16 Oktober 2015

Sam Pa

Masa depan jaringan bisnis Cina di Afrika tampaknya akan sedikit terganggu setelah seorang taipan yang memiliki tujuh nama dan memiliki hubungan dengan badan intelijen Cina, dilaporkan ditangkap Penyelidik Partai Komunis Cina. “Financial Times” edisi 14 Oktober silam menulis, Sam Pa, cukong ternama itu telah ditahan di sebuah hotel sejak pekan lalu menyusul penyelidikan atas Su Shulin, Gubernur Fujian, yang dikenal sebagai petinggi di China Petroleum & Chemical Corp atau Sinopec. Keduanya ditahan untuk alasan “pelanggaran disiplin serius” oleh partai karena beberapa kasus penggelapan dan usaha penyogokan, dan telah menjadi korban baru kampanye anti-korupsi Presiden Xi Jinping.

Sam Pa sejauh ini dikenal sebagai penghulu Sinopec. Awal tahun 2004, lewat Sam Pa, Sinopec membeli saham perusahaan minyak utama di Angola lewat skema kemitraan dengan perusahaan yang kemudian disebut sebagai Cina Sonangol EP. Nama yang disebut terakhir adalah perusahaan Angola yang berfungsi sebagai mesin keuangan bagi penguasa di negara itu. Berkat usaha Sam Pa yang dibantu badan intelijen Cina, Sinopec kemudian memenangkan kontrak di Angola dan memiliki lima blok migas. Tahun lalu salah satu blok migas Sinopec itu [dikenal sebagai Blok 18] mencetak untung sekitar Rp 35 triliun.

Sejak itu, Sam Pa banyak terlibat dalam bisnis Cina di Afrika termasuk untuk miliaran dolar proyek infrastruktur di Guinea dan penambangan berlian di Zimbabwe. Amerika Serikat bahkan “mengawasi” Sam Pa karena dianggap membantu rezim Robert Mugabe. Karena usahanya itu, Sam Pa mengantongi untung besar.

Selain mendapat komisi, biaya hidupnya juga ditanggung hingga HK$ 1 juta sebulan dan dia telah menghabiskan HK$ 58 juta sebelum akunnya ditutup tahun ini, menyusul temuan Kantor Audit Nasional Cina. Maret silam, para auditor mengungkapkan: Sinopec menghabiskan US$10 miliar untuk lima blok migas di Angola sejak 2008, padahal tak satu pun dari blok-blok itu yang menghasilkan banyak minyak. Tiga blok malah merugi US$ 1,6 miliar, dan para auditor menilai, cadangan minyak di blok-blok Angola itu sudah dilebih-lebihkan.

Siapa Sam Pa?

Diperkirakan lahir di Cina pada 1958, Sam Pa pindah ke Hong Kong saat masih anak-anak. Selain memegang paspor Cina, dia memegang paspor Angola dan Inggris. Dia diketahui memiliki tujuh jet pribadi dan kerap membawa pejabat-pejabat Cina pelisiran ke Afrika. Jaringan bisnisnya dengan British Petroleum, Total, dan Glencore terdaftar di 88 Queensway, Hong Kong. Menurut “Financial Times,” proyek minyak Angola yang dioperasikan oleh British Petroleum menghasilkan 180 ribu barel minyak mentah per hari dan telah membantu negara itu menjadi pemasok minyak mentah utama ke Cina.

Untuk jaringan bisnis di Indonesia, Sam Pa berkongsi dengan Surya Paloh. Keduanya membeli saham Intercontinental Bali Resort di Jimbaran, Bali, hotel seluas 14 hektar dengan hampir 500 kamar. Di awal pemerintahan Jokowi tahun ini, Surya Paloh menjadi isu nasional setelah disebut-sebut sebagai pengusul kepada Presiden Jokowi agar Pertamina membeli minyak dari China Sonangol EP yang memicu kontroversi itu.

Surya waktu itu menyebut, usulannya hanya sebagai “saran kecil.” Lagi pula, katanya, "Saya sudah terlalu kenyang dengan 'makan siang'. Lagi pula, saya sudah tua dan bukan orang papa.”

Surya dan Sam Pa memang kawan lama. “Tempo [dot]co” menulis, China Sonangol International Holding Ltd. pernah menyuntikkan pinjaman US$ 200 juta ke Surya Energi untuk mengebor ladang minyak di Cepu. Surya Energi adalah pemilik 75 persen saham PT Asri Darma Sejahtera yang menggarap Blok Cepu, sementara Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur hanya kebagian 25 persen. Asri Darma itulah yang menguasai 4,5 persen saham blok raksasa minyak di Cepu.

Ada pun China Sonangol International Holding adalah anak usaha China Sonangol EP. Menggandeng Media Group [milik Surya Paloh], China Sonangol Land, anak usaha lainnya dari Sonangol EP, membentuk PT China Sonangol Media Investment dan membangun dua menara “Indonesia 1” di Jalan Thamrin, Jakarta senilai Rp 8 triliun. Mei silam, Presiden Jokowi melakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung yang masing-masing berlantai 60 milik itu. Jokowi saat itu menyampaikan terima kasih kepada Surya Paloh karena telah membawa PT China Sonangol Land ke Indonesia.

Menarik ditunggu apakah penahanan Sam Pa, penghulu Sinopec dan Sonangol, oleh pemerintah Komunis Cina pekan lalu, kemudian juga akan menjadi isu nasional di sini, seperti dulu, ketika Surya Paloh mengusulkan kepada Presiden Jokowi agar Pertamina membeli minyak dari Sonangol EP. Atau inikah saatnya, Surya Paloh harus meralat ucapannya, "Saya sudah terlalu kenyang dengan 'makan siang',” itu, setelah kongsi politiknya dengan Jokowi juga mulai terlihat retak?

(Rusdi Mathari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar