Karya tulis akademis Arief Budiman yang paling bagus adalah artikel-artikel di koran Indonesia yang ditulisnya ketika ia menjadi mahasiswa S3 di Amerika Serikat (AS). Juga pada tahun-tahun pertama setelah ia menyelesaikan studinya. Contohnya “Teori and Ahli-ahli Ilmu Sosial Kita” yang dimuat Kompas, 17 April 1976, halaman 4. Ini sebagian dari klipingan koran yang saya kerjakan ketika menjadi mahasiswa S1.
Apakah ruang sosial/publik berarti ruang yang digunakan untuk tujuan-tujuan sosial/publik, atau sekadar ruang yang diisi oleh anggota masyarakat yang disebut khalayak?
Kamis, 03 Desember 2015
Jurnalisme Warga
Kemarin ada seorang mahasiswa S2 Unpad mewawancarai saya untuk kepentingan tesisnya. Ia sedang meneliti tayangan televisi yang menggunakan konsep jurnalisme warga berbasis video.
Korban
Politisi seperti SN, dan semua (semua berarti SEMUA!) beneficiary-nya, memang harus disikat. Namun yang saya kuatirkan adalah kalau Freeport kini malah nampak seperti "korban", bahkan "pahlawan". (Abdul Gaffar Karim)
Organisasi
Saya tidak tahu persis kapan wacana kelembagaan mulai surut dalam percaturan politik kita. Mungkin bagi Anda yang pernah ikut kursus-kursus politik sebelum Soeharto jatuh, tidak akan lupa bahwa selalu ada materi tentang organisasi. Tajuknya bisa beragam, mulai dari 'Tentang Organisasi' sampai 'Mari mengorganisir'.
Amerika Serikat
Gak paham, kog banyak orang mau hidup di negeri seperti itu, dan masih banyak dari negara yang lain pengen berpindah kesana. (Ariel Heryanto)
Media Berganti, Diskriminasi Berlanjut
Film dan sastra hanyalah dua dari banyak media untuk menyalurkan gairah orang berkisah dan menikmati kisah. Keduanya tak bebas dari kepentingan, persaingan, dan diskriminasi.
Logika
Inilah logika yang dominan dalam banyak masyarakat, termasuk Indonesia: seorang bajingan tidak bisa disalahkan, bila ia termasuk kelompok yang berkuasa dalam masyarakat (dalam contoh ini pria heteroseksual dan menikah). Pihak korbannya selalu yang disalahkan dan dianggap harus bertanggung-jawab memperbaiki keadaan.
(S)uck-erberg
Kemarin banyak posting kalau pendiri Facebook akan memberikan 99% sahamnya untuk 'charity'. Pernyataan Mark Zuckerberg itu langsung disambut dengan haru biru. Banyak yang ternganga. Bayangkan $45 milyar akan diberikan ke lembaga sosial! Ini kurang sedikit dari setengah penerimaan pajak Indonesia! Bayangkan duit sebanyak itu.
Demokrasi
Penembakan massal terjadi lagi di Amerika Serikat kemarin. Kali ini di San Bernardino, California, menewaskan 14 orang. Menurut statistik di bawah ini: ada 355 penembakan massal dalam 336 hari terakhir 2015 ini.(Penembakan massal = menewaskan lebih dr 4 orang). Tahun lalu ada 336 peristiwa serupa; dan ada 365 penembakan massal pada 2013. Pertanyaan penting: jika Amerika benar2 demokratis dan rakyatnya benar2 berdaulat, kenapa pasal pengendalian senjata tak bisa didorong menjadi undang-undang? Atau apakah sama saja spt di sini, Amerika sebenarnya dikuasai kaum oligarki yg senang melihat rakyatnya dibantai? (Farid Gaban)
Jijik
Mendengar rekaman soal freeport dan melihat siaran ulang MKD, lalu pada saat yang sama membaca berita penembakan dan penangkapan terhadap orang Papua. Ini yang namanya jijik sepenuhnya terhadap penghinaan yang ditunjukkan Jakarta terhadap Papua. NKRI? Taik kucing! (Sri Lestari Wahyuningroem)
Langganan:
Postingan (Atom)